Minggu, 24 Januari 2010

Pertanyaan-Pertanyaan Tidak Mungkin
Oleh: Gede Prama

Satu hal yang menarik hati ketika berhadapan dengan anak keciL,
adalah kesukaannya untuk bertanya secara bebas tidak terbatas.
Baik karena faktor ketidaktahuan, pikiran yAng belue dipagari etika dan logika,
pengalaman yang masih amat kurang, yang jElas semua ini membuat mahluk-mahluk
kdcil ini sering keluar dengan pertanyaan-pertanyaan menyentuh dan kadang
mengejutkan.

Ada pertanyaan tentang kenapa matahari selalu terbit dari timur,
ada keingintahuan dari bentuk asal apakah air itu terbuat,
ada juga gugatan kenapa seorang anak tidak bisa memilih orang
tua dari mana mereka lahir, ada juga hentakan pertanyaan kenapa
alam membuat gunung dan laut, kerap mereka juga memprotes Tuhan
sebab burung bersayap sedangkan manusia tidak,
ada juga yang bertanya kenapa langit harus berwarna biru,
dan masih ada lagi rangkaian pertanyaan bebas tanpa batas lainnya.

Setiap orang dewasa yang pikirannya sudah dipagari berbagai logika dan etika,
apa lagi dibumbui oleh nafsu besar untuk menghakimi,
akan melihat semua pertanyaan ini hanya sebagai ungkapan-ungkapan
dangkal yang tidak bermakna. Salah-salah bisa mengundang pelecehan,
atau malah mendatangkan amarah besar. Namun bagi pemburu
kebebasan dan kejernihan, anak-anak kecil adalah guru-guru kejernihan
yang sedang menyamar jadi anak kecil.

Disebut guru, karena mereka masih demikian akrab dan bersahabatnya dengan
kejernihan dan kebebasan. Dikatakan menyamar, sebab badan yang membungkus
pikiran segar tadi adalah badan-badan anak kecil. Dan kitapun dulunya,
ketika masih berstatus anak kecil, menyamar jadi guru-guru kejernihan dan
kebebasan. Pertanyaannya kemudian, kenapa setelah menyandang status
sebagai manusia dewasa yang terdidik, semua kebebasan dan kejernihan
tadi terbang entah kemana.

Kerap saya bertanya, siapa yang mencuri atau membawa terbang kejernihan dan
kebebasan yang dulunya menjadi milik kita ketika masih berstatus anak kecil ?
Sekolahkah ? Etika orang dewasakah ? Pengalaman lengkap dengan
pagar-pagar besinya yang demikian mengerikankah ? Orang tua kitakah ?
Globalisasi dan sosialisasi ? Atau malah nafsu dan kegemaran kita sendiri
untuk suka dan terlalu mudah untuk menghakimi ? Entahlah, yang jelas
jauh lebih produktif untuk mencari dan menyelami kebebasan dan kejernihan,
dibandingkan mencari-cari kambing hitam siapa yang telah membawanya pergi.

Dalam cahaya pemahaman seperti ini, kadang saya suka mengajak sang diri,
demikian juga banyak eksekutif yang rela mendengarkan ‘ide-ide gila’ saya,
untuk berlomba-lomba membuat pertanyaan-pertanyaan tidak mungkin
sekaligus lucu. Siapa yang berhasil membuat pertanyaan yang paling
tidak mungkin, apa lagi paling bisa mengundang tawa, ia memperoleh
hadiah yang amat menarik.

Bermacam-macam hasil yang pernah saya peroleh. Dari pertanyaan kenapa
selingkuh itu indah, kenapa kita manusia harus dikandung Ibu tidak
dikandung Bapak, kenapa kita kalau tidur harus di tempat tidur bukannya
di atas genteng, kenapa kalau kali banjir orang pada lari ketakutan bukannya
mengambil ban dan berenang menikmati keindahan banjir, kenapa mobil
harus beroda sekurang-kurangnya empat kenapa tidak bisa dibuat mobil
beroda satu saja, kenapa rumah harus ada atapnya, kenapa orang tua kalau
berhubungan intim harus mengunci pintu, kenapa komputer harus dibuat
dari bahan plastik dan bahan olahan lainnya, kenapa tidak bisa dibuat
dari bahan-bahan alami seperti daun, tanah, batu, air, dan masih banyak lagi
daftar-daftar pertanyaan aneh dan tidak mungkin.

Sebagaimana biasa, semua ini memang tidak harus dijawab.
Karena jawaban hanyalah rangkaian hal yang membuat kegiatan
mencari jadi terhenti. Yang lebih penting dari jawaban adalah
hentakan-hentakan kejernihan dan kebebasan yang dibuat oleh
pertanyaan-pertanyaan tadi.

Setiap sahabat yang sudah demikian dipasung dan diikat oleh rangkaian
logika dan etika, apa lagi berhasil diperalat dan diperkuda oleh logika dan etika,
mungkin akan membuang muka bila dibombardir oleh pertanyaan-pertanyaan
gendheng tadi. Ada juga yang sempat menyatakan rasa ketersinggungannya
pada saya. Dan ini tentu saja menjadi hak pribadi masing-masing.
Yang tentu saja karena alasan kebebasan dan kejernihan juga harus diberikan
hak hidup.

Apapun pendapat dan sikap Anda, saya ingin mengakhiri hentakan-hentakan
lewat pertanyaan ini melalui sebuah lelucon.
Konon, pada suatu hari ada sepasang suami istri yang sedang santai
saling melemparkan pertanyaan sebagai teka-teki.
Sang suami yang berperut agak gendut memulai teka-teki :
‘Apa yang ada di tengah perut saya yang kembung ini Ma ?’.
Ketika istrinya menjawab dengan berbagai jenis makanan dan minuman,
suaminya hanya menggelengkan kepala. Setelah isterinya menyerah kalah,
suaminya menjawab meyakinkan :
‘Di dalam sini ada gajah, nih lihat belalainya !’.
Tidak mau kalah dengan sang suami, istrinya juga melemparkan pertanyaan
yang sama : ‘apa yang ada di dalam perut saya Pa ?’. Setelah dijawab dengan
berbagai jawaban dan ternyata semuanya disebut salah,
maka sang istripun menjawab meyakinkan : ‘Di dalam sini ada telepon umum,
nih lihat tempat memasukkan coin-nya’. Mendengar jawaban demikian,
mendadak sang suami merengek : ‘Ma ini gajahnya mau telepon !’.

Nah dari cerita ini, saya mau tanya ke Anda, apakah ajakan suami
di atas adalah sebuah sirkus di mana gajah bisa menelpon,
ataukah ini hanya sebuah cerita porno yang bisa mengundang tawa,
bisa juga menghadirkan orang tersinggung ?.
Dan sebagaimana untaian pertanyaan-pertanyaan di atas,
inipun tidak perlu dijawab. Cukup ia hadir di kepala dengan sebuah tugas :
menghentak dan mengetok pintu kebebasan dan kejernihan.

Minggu, 17 Januari 2010

Hukum Pygmalion - Hukum Berpikir Positif

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini." Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

* Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan,anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari
segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir
buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal
baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu
yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika
sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung
itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan
Pygmalion berkata, "Ah,sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung,
bukan isterimu."
Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul.
Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.
Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai
sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada
Pygmalion,yaitu mengubah patung itu menjadi manusia. Begitulah,
Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah
wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk mengambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang sUatu keadaan atau seseorang,sering kali hasilnia betul-betul menjadi positif.

Misalnya,
* Jika kita beRsikap ramah terhadap seseorang, maka orang itu pun
akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas,
akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali
kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion.

Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy
atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak
mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain.

Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memBeri kepada kita."

Warna hidup memang tergandung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memaKai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu Dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kaca mata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam.Tetapi kaca mata yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with
positive people only............how nice!!!!

NB : Dari berbagai sumber

Rabu, 13 Januari 2010

TELAAH - SIWARATRI: HARI SUCI MENUJU KEBEBASAN OLEH DRS I KETUT SUARJA MSI*)
Tuesday, 12 January 2010 15:59

Keberhasilan pembangunan dewasa ini mempunyai implikasi sosial budaya, khususnya dalam bidang keagamaan.

Dengan menurunnya peranan sektor pertanian serta peningkatan sektor lainnya, keadaan seperti ini akan tampak pula meningkatnya tuntunan-tuntunan hidup, baik yang menyangkut bidang spiritual maupun material, khusus di bidang spiritual akan tampak meningkatnya kebutuhan akan bahan bacaan yang berkaitan dengan Agama Hindu.

Pelaksanaan ajaran agama tidak cukup berdasarkan konsep "yadnya" (ritual) saja, karena umat dalam tingkat sosial budaya dan teknologi maju perlu ajaran-ajaran yang bersifat rohani.

Ajaran-ajaran yang bersifat rohani diharapkan akan menjadi dasar yang kuat dalam menghadapi tuntutan sosial. Apabila dalam kehidupan ini manusia tidak bisa mengisi tuntutan-tuntutan ini, maka akan terjadi pendangkalan nilai umat Hindu.

Oleh karena itu, diperlukan adanya usaha-usaha yang mengarah pada "pendalaman" ajaran agama, antara lain dengan mengadakan penggalian pada nilai-nilai universal dan abadi yang terdapat dalam ajaran Hindu. Demikian nilai yang didapat dari pelaksanaan ajaran Siwaratri adalah sebagai "pendakian untuk mencapai kebebasan".

Istilah Siwaratri berasal dari kata Siwa dalam Bahasa Sansekerta berarti baik hati, suka memaafkan, memberi harapan, dan membahagiakan. Dalam hal ini kata Siwa adalah sebuah gelar atau nama kehormatan untuk salah satu manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai "pemerelina" atau pelebur segala yang patut dilebur untuk mencapai kesucian atau kesadaran diri yang memberikan harapan untuk bahagia. Sedangkan Ratri artinya "malam".

Malam di sini juga dimaksudkan kegelapan. Jadi, Siwaratri artinya malam untuk melebur atau melenyapkan kegelapan hati menuju jalan yang terang.

Hari Siwaratri, dilaksanakan setiap tahun sekali yakni pada "panglong ping 14/purwaning Tilem sasih kepitu" atau sehari menjelang tilem (bulan mati), bulan ke-7, yaitu malam yang paling gelap di dalam satu tahun. Pelaksanaan Siwaratri untuk 2010 ini dilangsungkan pada Kamis (14/1).

Pada hari itu umat Hindu, melakukan "brata" yang berarti "sumpah, janji, pandangan, kewajiban, laku utama, keteguhan hati", yang dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa "Brata Siwaratri", artinya kewajiban bertingkah laku utama atau janji untuk teguh hati melaksanakan ajaran Siwaratri. Ajaran utama Siwaratri adalah melakukan upawasa (tidak makan dan minum), monabrata (tidak bicara), dan jagra (tidak tidur).

"Brata Siwaratri pada tingkatan yang paling sederhana, yakni tidak tidur selama 36 jam, dari pukul 06.00 pada panglong ping 14 sampai pukul 18.00 tileming sasih ke-7 pada 14 hingga 15 Januari 2010.

Untuk memperoleh kesadaran diri dengan melakukan Brata Siwaratri, umat Hindu berharap dapat melenyapkan "papa". Kata "papa" dalam Bahasa Sansekerta artinya "sengsara, neraka, buruk, jahat, dan hina". Jadi tujuan utama Brata Siwaratri adalah melenyapkan sifat-sfat buruk atau jahat dan hina.

Manusia yang lahir ke dunia ini sangat perlu melakukan Brata Siwaratri karena manusia dalam kehidupannya dibelenggu oleh "kekuatan yang tidak baik". Maka manusia hendaknya berusaha mendapatkan keseimbangan jasmani dan rohani, yang bisa dicapai dengan perlahan-lahan dan bertahap melalui perbuatan yang bersifat kebajikan.

Telah disadari bahwa dalam kehidupan manusia di dunia penuh dengan hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam diri manusia itu sendiri maupun dari luar diri.

Hambatan yang berasal dari luar diri dan dari dalam diri sama beratnya. Namun demikian, orang yang mendapat hambatan dari luar, sering berasal dari dalam diri sendiri. Karena untuk mengetahui kelemahan diri sendiri sungguh-sungguh sangat sulit.

Orang lebih sulit menghadapi diri sendiri daripada menghadapi orang lain. Jika orang lain sedang bingung, sedih, kecewa, maka seribu kata dapat kita ucapkan untuk menasihatinya.

Akan tetapi kalau diri sendiri sedang ditimpa kesedihan, maka hilanglah nasehat-nasehat tersebut. Oleh karena itu, timbullah pandangan bahwa hambatan yang berasal dari diri sendiri jauh lebih berat daripada yang berasal dari diri sendiri.

Untuk itu, amat diperlukan kerja sama sesama manusia untuk saling tolong-menolong, saling menyadarkan, saling mengingatkan dengan tujuan untuk membangkitkan kesadaran diri yang sedang ditenggelamkan oleh sifat-sifat ego, sombong, angkuh dan lain-lainya. Siwaratri pada hakekatnya suatu ajaran untuk membangkitkan perjuangan Umat Hindu agar sadar bahwa dirinya bisa mencapai kebebasan duniawi.

Pemujaan terhadap Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa di hari suci ini, karena manusia dalam menghadapi segala hambatan, baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri, memerlukan tuntunan dan anugrah dari Dewa Siwa sebagai "pemeralina" (pembasmi) segala sesuatu yang menghalangi tujuan suci.

Dewa Siwa sebagai penuntun dan pelindung manusia dalam perjuangannya melenyapkan kegelapan batin, menuju hidup yang penuh kesadaran, karena hidup penuh kesadaran dapat melenyapkan kesengsaraan. Ciri orang yang telah berhasil berjuang melenyapkan kesengsaraan adalah orang yang penuh pengendalian diri dalam bidang makan dan minum yang disimbulkan dengan "puasa".

Orang yang penuh dengan pengendalian diri dalam kata-kata disimbulkan dengan "monabrata". Dan orang yang selalu waspada dan sadar berbuat kebenaran disimbolkan dengan "jagra". Orang yang demikian akan selalu mendapat perlindungan dan anugrah oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, baik selama hidupnya maupun di akhirat.

Brata Siwaratri

Umat Hindu khususnya di Bali pada saat perayaan hari suci Siwaratri ini melakukan monabrata, upawasa, dan jagra selama 36 jam, mulai dari matahari terbit pada hari panglong 14 sasih ke-7 sampai matahari terbenam pada tilem ke-7.

Sementara bagi umat Hindu yang tidak bisa monabrata bisa hanya dengan upawasa dan jagra saja, dan apabila juga tidak bisa melakukan monabrata dan upawasa, maka bisa hanya melakukan brata yang paling sederhana, yakni jagra.

Tata cara pelaksanaannya adalah terlebih pada hari panglong 14 ke-7, melakukan suci laksana atau merenungkan segala apa yang telah dilakukan selama hidup ini.

Pada sore harinya melakukan persembahyangan kepada Suryadhitya dengan maksud mempermaklumkan dan mohon agar beliau menyaksikan pelaksanaan Brata Siwaratri yang dilakukan.

Setelah itu bersembahyang di Kamimitan (sanggah kemulan-red) dengan maksud mempermaklumkan dan mohon tuntunan batin agar sukses dalam melakukan Brata Siwaratri.

Setelah hari mulai malam, mulai melakukan persembayangan fase pertama. Persembahyangan dipusatkan kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Siwamahadewa. Selain itu juga persembahyangan ditujukan kepada Dewa Samodaya, yaitu Suryadhitya, Brahma, Wisnu, Iswara, Gana, dan Gangga.

Persembahyangan fase kedua, tengah malam, juga dipusatkan kepada Dewa Siwamahadewa serta Dewa Samodaya.

Persembahyangan fase ketiga pada pagi-pagi buta besoknya, juga dipusatkan kepada Dewa Siwamahadewa serta Dewa Samodaya. Setiap selesai sembahyang diikuti dengan "metirta-pakuluh" yang dimohon ke hadapan Dewa Siwamahadewa.

*) Penulis adalah dosen Agama Hindu Politeknik Negeri Bali.

Puasa Siwaratri Semestinya Tiap Bulan Print E-mail

Marayakan Siwaratri pada hakekatnya adalah melakukan pengendalian diri. Caranya dengan upawasa, monobrata, dan jagra. Namun, umat Hindu semestinya tiap bulan berpuasa.

Pada pertengahan bulan November dan sampai pertengahan bulan Desember 2001 yang lalu, angkasa Nusantara seolah-olah dipenuhi oleh kata-kata "puasa, puasa, dan puasa". Pagi-pagi buta televisi dan radio sudah menyiarkan acara yang berkaitan dengan puasa. Kalaupun kita tidak menyalahkan kedua barang ajaib tersebut, speaker masjid tempat tinggal kita juga berteriak "sahur-sahur, sahur-sahur". Tak ketinggalan iklan di tv, radio, pamplet dan spanduk di jalanan menuliskan "Selamat Menjalankan Ibadah Puasa". Ya benar, pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan bagi orang Islam.



Sebagai anggota masyarakat yang hidup di tengah-tengah orang yang menjalankan puasa, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, kita akan mendengar, melihat juga memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ritual tahunan tersebut. Namun hal ini juga menggugah keingintahuan dalam diri kita sebagai orang Hindu. Kemudian akan timbul pertanyaan, adalah puasa dalam ajaran Hindu? Kalaupun ada, mantra atau sloka manakah dalam Weda yang memerintahkan untuk berpuasa, kapan, dan bagaimana melakukannya?

Pada orang-orang Jawa ajaran puasa ini juga cukup memasyarakat. Kita mengenal banyak macam puasa. Ada yang dinamakan "Pasa Ngebleng" yaitu puasa tidak makan tidak minum dan ngumpet di suatu tempat tertentu, biasanya di kamar atau juga membuat lubang di tanah, waktunya bisa 1 hari 1 malam, 3 hari 3 malam atau 7 hari 7 malam dan seterusnya. Hal ini mirip dengan puasa Nyepi. Ada juga puasa "Mutih" yaitu puasa hanya dengan makan nasi putih tanpa lauk tanpa garam, minumnya juga hanya air putih tanpa pemanis. Waktunya fleksibel ada yang 1 hari, 3 hari, 7 hari. Kemudian puasa "Ngrowot" yaitu puasa hanya makan umbi-umbian, buah-buahan selain nasi. Ada juga puasa tidak tidur atau "melek".

Pertanyaan semakin kuat, adakah ajaran puasa dalam Hindu? Ya, benar. Ajaran Hindu penuh dengan ajaran puasa yang dikenal dengan istilah tapa, meskipun istilah puasa itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dari kata upawasa. Jadi sebenarnya Islam Indonesia telah meminjam istilah puasa dari Hindu sebab puasa dalam bahasa Arab adalah shaum, di Jawa dan Sunda istilahnya menjadi syiam. Tapa berarti pengendalian atas indra-indra dan pikiran. Dengan tapa orang mencapai kesucian, dengan kesucian orang bisa dekat dengan Hyang Widhi. Dunia ini bisa berjalan dengan baik karena disangga oleh salah satunya adalah tapa.


Artarwa Weda XII.1.1 mengatakan:

Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo brahma yajna prthiwim dharayanti.

Artinya: Sesungguhnya Satya, rta, diksa, tapa, brahma dan Yajna yang menyangga dunia.


Yajur Weda XX.25 mengatakan:

Dengan melakukan tapa (brata) seseorang memperoleh diksa (penyucian), dengan melakukan diksa seseorang memperoleh daksina, dengan daksina seseorang memperoleh sraddha dan dengan sraddha seseorang memperoleh satya.


Atharwa Weda VIII.9.3 mengatakan:

Brahma-enad vidyat tapasa vipascit.

Artinya: Orang yang bijaksana mengetahui Hyang Widhi dengan sarana tapa (penebusan dosa).


Artarwa Weda IV.11.6 mengatakan:

Yena devah svar aruruhur, hitva sariram amrtasya nabhim

Tena gesma sukrtasya lokam, gharmasya vratena tapasa ya sasya vah.

Artinya: Dengan pertolongan Hyang Widhi, orang-orang bijaksana sesudah kematian memperoleh keselamatan, yang mencapai pusat nectar (minuman dewa) yakni kebahagiaan sejati. Semoga kami yang berkeinginan kemasyuran juga mencapai kekekalan itu, melalui pelaksanaan pertapaan yang keras dan menjalankan janji (brata).


Atharwa Weda XI.8.2 mengatakan:

Tapas caiva-astam karma ca-antar mahati-arna ve.

Artinya: Tapa dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat di dunia yang mengerikan.


Rg Weda IX.83.1 mengatakan:

Atapta-tanur na tad amo asnute.

Artinya: Orang tidak bisa menyadari Sang Hyang Widhi Wasa, Yang Maha Agung tanpa melaksanakan tapa.


Intisari tapa adalah pengendalian atau pembatasan atas dua hal yaitu pikiran dan indra-indra. Indra jumlahnya ada lima yang disebut Panca Indra. Indra mempunyai alat indra yang juga berjumlah lima yang disebut Panca Karmendriya, dan mempunyai obyek indra yang disebut Panca Tanmatra.

Indra-indra itu antara lain:

1. Indra pendengaran alatnya telinga obyeknya suara.

2. Indra sentuhan alatnya kulit obyeknya angin dan hal-hal yang bila menyentuh terasa menyenangkan.

3. Indra penglihatan alatnya mata obyeknya cahaya atau wujud-wujud.

4. Indra pengecap alatnya lidah obyeknya makanan, minuman.

5. Indra penciuman alatnya hidung obyeknya bau.

Pengendalian atas indra-indra itu adalah sebagai berikut:

1. Pengendalian atas indra pendengaran berarti membatasi telinga untuk mendengarkan hal-hal yang menyenangkan seperti suara musik, suara pujian termasuk suara merdu sang pacar.

2. Pengendalian atas indra sentuhan berarti membatasi kulit untuk merasakan hal-hal yang menyenangkan seperti sentuhan halus kulit kekasih, tempat tidur atau kursi yang empuk, dan lain-lain.

3. Pengendalian atas indra penglihatan berarti membatasi mata untuk melihat hal-hal yang menyenangkan seperti TV, film, VCD porno, wajah cantik atau tampan, dan sebagainya, tapi arahkan penglihatan ke dalam batin, ke wujud Atman terus ke wujud Sivatattwa, karena di sana lebih indah dan lebih menyenangkan.

4. Pengendalian atas indra pengecap berarti puasa tidak makan dan minum serta membatasi lidah untuk berbicara, bicara hanya hal-hal yang perlu dan baik.

5. Pengendalian atas indra penciuman berarti membatasi hidung untuk mencium bau-bau yang menyenangkan seperti bau harum parfum, makanan, termasuk harum pipi kekasihnya.

Itulah kelima indra yang harus dikendalikan. Kunci untuk bisa mengendalikan indra adalah pengendalian atas pikiran. Pikiran mempunyai jangkauan yang tak terbatas, kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, tajamnya melebihi ketajaman pedang. Kalau bisa mengendalikan pikiran kelima indra juga mudah untuk ditundukkan. Cara mengendalikan pikiran pertama pikiran harus dibersihkan dengan cara membaca atau melantunkan mantra-mantra atau sloka-sloka Weda, dan meditasi.

Ada banyak ragam puasa, namun sayang umat Hindu di Indonesia hanya menjalankan 2 puasa secara massal yaitu puasa Nyepi dan puasa Siwa Ratri. Namun demikian sesungguhnya umat Hindu bisa menjalankan puasa Siwa Ratri setiap bulan, sebab setiap bulan kita bertemu dengan Siwa Ratri yaitu pada purwani tilem.

Bhagawan Sri Stya Sai Baba mengatakan:

"Beginilah, malam dikuasai oleh bulan. Bulan mempunyai enam belas kala atau bagian-bagian kecil. Setiap hari bila bulan menyusut, berkuranglah satu bagian kecil hingga bulan hilang seluruhnya pada malam bulan yang baru. Setelah itu setiap hari tampak sebagaian, hingga lengkap pada bulan purnama. Bulan adalah dewata yang menguasai manas yaitu pikiran dan perasaan hati. 'Candramaa manaso jaathah'. Dari Manas (pikiran) Purusha (Tuhan) timbullah bulan. Ada daya tarik menarik yang erat antara pikiran dan bulan, keduanya dapat mengalami kemunduran atau kemajuan. Susutnya bulan adalah simbul susutnya pikiran dan perasaan hati, karena pikiran dan perasaan hati dikuasai, dikurangi akhirnya dimusnahkan. Semua sadhana ditujukan pada hal ini. Manohara, pikiran dan perasaan hati harus dibunuh, sehingga maya dapat dihancurkan dan kenyataan terungkapkan. Setiap hari selama dua minggu ketika bulan menggelap, bulan, dan secara simbolis rekan imbangnya di dalam diri manusia yaitu 'manas' menyusut dan lenyap sebagian, kekuatannya berkurang, dan akhirnya pada malam keempat belas, Chaturdasi, sisanya hanya sedikit. Jika pada hari itu seorang sadhaka berusaha lebih giat, maka sisa yang kecil itupun dapat dihapuskan dan tercapailah Manonigraha (penguasaan pikiran dan perasaan hati). Oleh karena itu Chaaturdasi dari bagian yang gelap disebut Siwaratri. Karena malam itu seharusnya digunakan untuk japa dan dhyana kepada Siwa tanpa memikirkan soal yang lain, baik soal makan maupun tidur. Dengan demikian keberhasilan pun terjamin. Dan sekali setahun pada malam Mahasiwaratri, dianjurkan mengadakan kegiatan spiritual yang istimewa agar apa yang Savam (jasat atau simbol orang yang tak memahami kenyataan sejati) menjadi Sivam (terberkati, baik, ilahi) dengan menyingkirkan hal yang tak berharga, yang disebut Manas."

Jadi dengan bisa dikuasainya pikiran, indra-indrapun akan lebih mudah ditundukkan dan kebahagiaan yang sejati akan tercapai.

Wrhaspati Tattwa mengajarkan ada 3 jalan untuk mencapai moksa, yaitu:

1. Jnanabhyadreka artinya jalan pengetahuan tentang semua tattwa.

2. Indriyayogamaarga artinya jalan pengendalian atas indra dengan melepaskan diri dari segala indra atau tidak menikmati indra.

3. Trsnadosaksaya artinya memusnahkan buah perbuatan baik dan buruk atau kerja tanpa mengikatkan diri pada hasil kerja.

Selamat menjalankan puasa Mahasiwaratri dan jangan lupa bulan berikutnya ada Siwararti juga yang harus dimanfaatkan untuk berpuasa agar bisa mencapai kesucian lahir dan batin.

Raditya 55

Sebelumnya ini adalah hasil tulisan dari Web PHDI

Siwaratri

1. Pengertian.
Siwaratri adalah hari suci untuk melaksanakan pemujaan ke hadapan Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudannya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri mempunyai makna khusus bagi umat manusia, karena pada hari tersebut Sang Hyang Siwa beryoga. Sehubungan dengan itu umat Hindu melaksanakan kegiatan yang mengarah pada usaha penyucian diri, pembuatan pikiran ke hadapan Sang Hyang Siwa, dalam usaha menimbulkan kesadaran diri (atutur ikang atma ri jatinya). Hal itu diwujudkan dengan pelaksanaan brata berupa upawasa, monabrata dan jagra. Siwarâtri juga disebut hari suci pajagran.

2. Waktu Pelaksanaan.
Siwarâtri jatuh pada hari Catur Dasi Krsna paksa bulan Magha (panglong ping 14 sasih Kapitu).

3. Brata Siwarâtri.
Brata Siwarâtri terdiri dari:
1. Utama, melaksanakan:
1. Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
2. Upawasa (tidak makan dan tidak minum).
3. Jagra (berjaga, tidak tidur).
2. Madhya, melaksanakan:
1. Upawasa.
2. Jagra.
3. Nista, hanya melaksanakan:
Jagra.

4. Tata cara melaksanakan Upacara Siwarâtri.
1. Untuk Sang Sadhaka sesuai dengan dharmaning kawikon.
2. Untuk Walaka, didahului dengan melaksanakan sucilaksana (mapaheningan) pada pagi hari panglong ping 14 sasih Kapitu. Upacara dimulai pada hari menjelang malam dengan urutan sebagai berikut:
1. Maprayascita sebagai pembersihan pikiran dan batin.
2. Ngaturang banten pajati di Sanggar Surya disertai persembahyangan ke hadapan Sang Hyang Surya, mohon kesaksian- Nya.
3. Sembahyang ke hadapan leluhur yang telah sidha dewata mohon bantuan dan tuntunannya.
4. Ngaturang banten pajati ke hadapan Sang Hyang Siwa. Banten ditempatkan pada Sanggar Tutuan atau Palinggih Padma atau dapat pula pada Piasan di Pamerajan atau Sanggah. Kalau semuanya tidak ada, dapat pula diletakkan pada suatu tempat di halaman terbuka yang dipandang wajar serta diikuti sembahyang yang ditujukan kepada:
- Sang Hyang Siwa.
- Dewa Samodaya.
Setelah sembahyang dilanjutkan dengan nunas tirta pakuluh. Terakhir adalah masegeh di bawah di hadapan Sanggar Surya. Rangkaian upacara Siwarâtri, ditutup dengan melaksanakan dana punia.
5. Sementara proses itu berlangsung agar tetap mentaati upowasa dan jagra.
Upawasa berlangsung dan pagi hari pada panglong ping 14 sasih Kapitu sampai dengan besok paginya (24 jam).
Setelah itu sampai malam (12 jam) sudah bisa makan nasi putih berisi garam dan minum air putih.
Jagra yang dimulai sejak panglong ping 14 berakhir besok harinya jam 18.00 (36 jam).
6. Persembahyangan seperti tersebut dalam nomor 4 di atas, dilakukan tiga kali, yaitu pada hari menjelang malam panglong ping 14 sasih Kapitu, pada tengah malam dan besoknya menjelang pagi.

Senin, 11 Januari 2010

Bodoh VS Pintar Ala Bob Sadino
Dikutip dari Milis TDA

1. Terlalu Banyak Ide -
Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai -
Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis -
Sebagian besar orang "pintar"sangat
pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat
lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses -
Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar -
Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa di capai. Orang "bodoh"tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar,
bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi -
Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai -
Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri -
Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan -
Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus -
Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh"tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen -
Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke
berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen. Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -
Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka
tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sednagnkan orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas -
Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas -
Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas -
Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Mencampur adukan Keuangan -
Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah -
Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan -
Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri sendiri, tanpa campur tangan "TUHAN". Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

19. Melupakan Keluarga -
Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga

20. Berperilaku Buruk -
Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diats kakinya sendiri.

Contoh proposal peliputan internasional

Proposal Peliputan Pemilu Malaysia 22 November – 5 Desember 1999
Pendahuluan
Pemilu Malaysia yang akan diselenggarakan pada 29 November termasuk salah satu peristiwa menarik dalam percaturan politik negeri jiran. Faktor-faktor yang menarik itu antara lain, pertama, pemecatan Deputi PM Anwar Ibrahim pada 2 September merupakan peristiwa yang membawa pergeseran politik di tingkat elit dan massa. Pemilu mendatang akan mengukur seberapa jauh dampak gejolak politik yang sudah berlangsung sejak tahun silam.
Kedua, pemilu mendatang disebut-sebut sebagai referendum terhadap popularitas PM Mahathir Mohamad yang sudah berkuasa 18 tahun. Masalah-masalah yang timbul dari lamanya berkuasa itu adalah kekuatan yang makin besar di tangan Mahathir.
Ketiga, kegelisahan sebagian masyarakat terutama pendukung Anwar akan perubahan politik bisa dilacak dari peroleh akhir pemilu. Jika indikator pemilu menunjukkan oposisi makin bertambah kursi maka ada kecenderungan perubahan politik mulai menguat.
Keempat, kelompok oposisi mulai saling mendekat untuk meruntuhkan dominasi Barisan Nasional – koalisi 14 partai pimpinan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO – dalam pemilu nanti. Keempat partai oposisi itu adalah Partai Aksi Demokratik, Partai Islam Se-Malaysia, Partai Rakyat Malaysia dan Partai Keadilan Nasional.
Kelima., situasi ekonomi terakhir menunjukkan posisi yang memihak PM Mahathir. Namun demikian nanti bisa dilihat seberapa jauh pengaruh pemulihan ekonomi pemerintah dalam isu-isu kampanye pemilu dan hasil akhir pemilu.
Rencana Penulisan
22-23 November : pendaftaran ke komisi Pemilu dan Kantor UMNO. Tulisan pengamatan situasi umum pemilu dan isu-isu yang berkembang.
24 November : mengikuti kampanye pemilu Wan Azizah Wan Ismail untuk melihat tingkat popularitasnya.
25 November : wawancara dengan pakar-pakar politik dan ekonomi untuk melihat seberapa dalam pergeseran politik terjadi di Malaysia dan mencari jawaban tentang program pemulihan ekonomi Malaysia yang demikian cepat. Bila memungkiona wawancara dengan aktor politik oposisi dan partai yang berkuasa.
26 November : mengamati dari dekat Masjid Agung di Kuala Lumpur tempat berkumpul para pendukugn Anwar. Apakah ketika masa kampanye mesjid ini akan digunakan untuk meluncurkan kampanye pro oposisi.
27 November : menyiapkan tulisan untuk hari Minggu mengenai perkiraan hasil pemilu dan dampaknya. Mengamati perilaku media massa Malaysia yang biasa pro pemerintah.
28 November : hari kampanye terakhir, mereseumi isu-isu pemilu yang dijadikan andalan tiap partai. Memantau upaya terakhir dari kedua pihak utnuk mementangkan pemilu.
29 November : memantau pelaksanaan pemilu baik pencoblosan Wan Azizah maupun Mahathir. Melihat poll exit yang dilakukan di Malaysia.
30 November : memantai penghitungan suara mulai 29 sampai 30 November dinihari di Gedung Putra Umno. Melihat reaksi pemenang dan yang kalah serta komentar-komentarnya.
31 November : Analisa tentang angka-angka hasil pemilu baik di negara bagian maupun negara federal.
1 Desember : melihat politik negara bagian, misalnya apakah Kelantan masih di tangan PAS. Berapa perolehannya.
2 Desember : Wawancara pakar ekonomi politik tentang hasil pemilu.
3-4 Desember : Memantai perkembangan setelah pemilu berlangsung dari segi ekonomi, sosial dan budaya.
Penutup
Sekalig lagi pemilu di Malaysia ini menarik karena berlangsung seelah krisis ekonomi dapolitik melanda Malaysia dalam satu tahun terakhir. Tampaknya pula kalau mengingat usia Mahathir yang sudah tua, 73 tahun, mungkinpemilu terakhir. Jika memang demikian maka meninjau generasi penerus pasca Mahathir juga menjadi topik menarik untuk ditulis.

Minggu, 10 Januari 2010

KapanLagi.com - Tim sukses SBY sedang pusing melakukan pembenahan di Palembang terkait slogan SBY - Berboedi. Karena arti kata Budi di Palembang bermakna menipu atau berbohong. Sehingga sangat tidak menguntungkan jika jargon tersebut tetap digunakan.
Karena itulah orang Palembang lebih suka SBY berpasangan dengan Hatta Radjasa agar jargonnya bisa menjadi SBY - Berdjasa. Namun sayang pasangan itu kemudian gagal, begitu pun dengan rencananya berpasangan dengan Hidayat Nurwachid.
Meski begitu, para tim sukses tetap merasa untung, lantaran SBY tidak berpasangan dengan Salahudin Wakhid, yang kemungkinan bisa berjargon SBY - Bersalah, atau dengan Ketua PAN, Sutrisno Bachir yang bisa berjargon SBY - Berachir.
Pembicaraan itu pun berkembang, jadi guyonan. Termasuk guyonan untuk memasangkan dengan Rhani Juliani, agar bisa berjargon SBY - Berhani. Kemudian dengan Cinta Laura, agar menjadi SBY - Bercinta, dengan Bunga Cinta Lestari, SBY - Berbunga, dengan Rhoma Irama bisa SBY - Berirama, dengan Antasari Azhar berjargon SBY - Berantas

Jumat, 08 Januari 2010

Tat Twam Asi, salah satu ajaran hindu yang sarat makna. Secara umum masyarakat (Hindu Bali) mengartikannya sebagai kalimat "aku adalah kamu, kamu adalah aku". Jika kita mengartikan kalimat tersebut secara kaku akan sangat membahayakan. kalimat "aku adalah kamu, kamu adalah aku" memberikan konsep yang mendalam untuk saling menghormati satu sama lain, toleransi anat umat beragama. jika toleransi dan saling menghormati dengan rasa yang tulus tentu kedamaian akan tercapai.. Astungkara


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Mitsubishi Cars